Hari ini Senin, 29 Juni 2020 kami memulai lagi belajar menulis
bersama Om Jay. Nara sumber kali ini adalah pemimpi yang berhasil mewujudkannya
dengan gemilang.
Namanya ibu Dra Betti Risnalenni MM, terlahir di Padang, pada 13 Agustus 1968. Beliau seorang guru dan Kepala sekolah TK insan Kamil.
Beliau juga pemilik lembaga KB-TK dan SD Insan Kamil
tersebut.
Saat menjadi guru biasa beliau berpikir bagaimana agar semua anak memeroleh hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Inspirasinya timbul sewaktu beliau mengajar di Al Azhar Pondok Labu tahun 1992, tempat dimana bapak menteri pendidikan Nadin Makarim dulu bersekolah SD, muridnya rata-rata anak orang kaya, maka terbersit dalam benaknya niat membuka sekolah yg bagus tapi bisa buat siapa saja, itulah mimpinya.
Bu Betti ini seorang yang sangat gigih untuk mewujudkan kemauan dan mimpinya, awalnya merintis usahanya dengan mendirikan lembaga
kursus aritmatika tahun 1996, tapi 6 bulan pertama kursus ini hanya mendapatkan
3 siswa meski modalnya tidak sedikit. Maka beliau dengan gigih berusaha memajukan usahanya yaitu dengan membuat brosur
dan membuat buku sendiri, beliau membagi-bagikan brosur dari sekolah ke sekolah
untuk mempresentasikan keunggulan aritmatika, dibawanya serta anak yang sudah
berhasil, yang sudah bisa menghitung dengan bayangan, sudah tidak memakai
sempoa. Kalau di sekolah ada acara penerimaan rapor beliau meminta tempat ke
kepala sekolah untuk presentasi, dan sering mengadakan lomba di mal-mal. Usaha
ini tampaknya membuahkan hasil. Bukunya banyak terjual bahkan kursusnya
berkembang dengan baik dan kemudian
mengembangkan sayapnya mencapai 24 cabang di Kota Bekasi.
Mimpi beliau
mendirikan sekolah awalnya dari ajakan teman di salah satu cabang kursusnya yaitu untuk medirikan sekolah TK. Meski sempat ragu
sewaktu mau mendirikan sekolah karena memang tidak memiliki modal yang cukup,
hanya berbekal modal nekat dan dukungan seorang teman.
Modal awalnya dimulai dengan
kerjasama ( frienchise ) dan mengeluarkan dana sepuluh juta tahun 1996 untuk
sebuah lembaga. Pada saat itu, tahun 1996, uang sepuluh juta terasa mahal
baginya. Ternyata tidak sampai di situ, karena dalam membuat TK itu harus ada
yayasan yang menaunginya. Akhirnya, beliau meminjamkan yayasan termasuk dana
mengontrak rumah untuk TK itu. Sejak itu kebutuhan meningkat, TK perlu
peralatan, bangku, kursi, mainan, dll . Akhirnya, beliau berkecimpung menjalin
kerjasama dengan teman beliau itu.
Pada perjalanannya ternyata baru
berjalan bulan ketiga TK yang didirikan tersebut , tepatnya bulan September
2003, teman beliau mundur karena mengaku rugi, tidak ada untungnya. Akan
tetapi, karena masih dalam naungan yayasannya tidak mungkin menutup sekolah
seenaknya. Maka, beliau meneruskannya, sedangkan urusan kedinasan dilakukan
bersamaan dengan program KBM berjalan, karena terkait harus ada data murid dan
sebagainya. Jika tidak ada kelengkapan datanya sekolah akan dianggap fiktif. Untuk
urusan tersebut beliau memerlukan izin RT, RW, dan tanda tangan warga yang
tidak keberatan sekolah didirikan di antara mereka. Ternyata masalah lain muncul
ketika kontrak sampai habis pada bulan Februari, sedangkan tahun ajaran kan
berakhir Juni. Beliau bingung harus ke mana. Namun, beliau yakin kalau urusan
baik, Allah selalu memberi jalan. Keyakinan itu terbukti, ada yang menjual rumah di dekat lokasi meski rumah overkredit. Waktu itu dibeli
seharga 23 juta. Karena ketidaktersediaan dana, beliau membayarnya dengan cek
agar uangnya bisa di tempo. Semua biaya itu dari dana sendiri , beruntung beliau masih punya
tagihan karena sebelumnya punya usaha servis pasang dan perawatan AC, juga dari
penjualan bukunya, bahkan orang tuanya bersedia membantunya meminjami dana. Akhirnya,
sekolah bisa dipindah ke lokasi baru yang sampai sekarang masih dipakai.
Selain TK pada Maret 2003 beliau juga mendirikan TPQ. Waktu
mulai berdiri sudah ada murid berjumlah 28 anak.
Pendirian SD dimulai atas
usulan wali siswa. Berkat bekerjasama dengan
pihak developer dibangunlah sekolah SD 3
lantai. Masyaa Allah, itu kebesaran Allah, sekolahnya tampak seperti sekolah
terkenal, Al Azhar dimana dulu beliau mengajar dimana lantainya memakai batu alam warna hijau, bahkan bangkunya
ingin dibuat seperti di sekolah itu yang
harganya 600 ribu, sungguh dana yang tidak sedikit ketika itu. Beliau mencari
cara supaya murah hingga menemukan pabriknya. Akhirnya, terbeli dudukannya saja
seharga 125 ribu, sedangkan yang lainnya dibuat sendiri ke tukang las karena
harganya bisa di bawah itu. Sampai tukang di pabrik kursi itu geleng-geleng
melihat kenekatan beliau yang memesan bahan mentahnya. Yang menggosok-gosok dan
mengecatnya dilakukannya bersama suaminya. Usaha yang luar biasa untuk
mewujudkan mimpinya, terlihat dengan tulus beliau rela gunakan apa yang beliau
punya, tidak memikirkan untung rugi, yang ada dalam benaknya hanya bagaimana
sekolah bisa berlangsung dengan baik.
Izin pendirian SD ini juga
tidaklah mudah karena banyak syarat supaya diakui oleh pihak Diknas. Diperlukan
100 tanda tangan warga dan disidangkan di Pemda dengan 7 unsur kedinasan, dari
Disdik, Amdal, Depnaker dan lainnya, kemudian baru keluar izin operasionalnya.
Alhamdulillah beliau juga didukung oleh developer, mungkin karena agar rumahnya
juga laku. Sekolah beliau masuk kalender perumahan tersebut.
Awal perjuangan penyelenggaraan
SD pun dimulai. Sekolah itu sudah diniatkan untuk membantu siapa aja yg
sekolah, termasuk untuk anak yatim digratiskan. Kalau tidak mampu, anak bisa
gratis atau bisa membayar semampunya, tidak perlu pakai surat keterangan
tidak mampu. Karena sebenarnya tidak ada yang mau dibilang tidak mampu, apalagi
pakai legalitas tidak mampu. Anak yang lain membayar dengan jumlah normal.
Sampai sekarang saja uang SPP hanya Rp 250.000 sudah termasuk kegiatan, ekskul,
dan lain-lain, tanpa ada pungutan lain. Awalnya dulu untuk menggaji guru
memakai gaji PNS suami beliau, karena untuk
penggajian juga tidak cukup dari SPP yang diterima. Sekarang uang masuk
sekolahnya hanya Rp 2.300.000 sudah berikut seragam dan tidak ada uang
pendaftaran ulang
Buah dari kegigihannya akhirnya
sedikit-sedikit mulai beliau rasakan. Beliau bisa berkenalan dengan banyak
orang dan bisa berkompetisi dengan yang lain dan mengetahui
kegiatan-kegiatannya. Berkat usahanya itu juga dapat mengikuti lomba Guru berprestasi tahun 2006 meski hanya
jadi pemenang harapan 2 guru berprestasi. Namun tahun berikutnya , beliau bisa mengikuti
lomba kepala sekolah dan berhasil
meraih juara 1 Kepala Sekolah Berpretasi
tahun 2009, dan juga juara interpreuner tingkat jawa barat untuk
kalangan guru paud.
Sekarang ibu Betti sedang
menikmati buah dari mimpi yang beliau perjuangkan . Beliau mengelola sekolah
swasta, KB -- TK dan SD Insan Kamil Bekasi yang mengembangkan budaya lokal, permainan
tradisional dan tarian tradisional. Kegiatan lain sekarang beliau sering
mengadakan pelatihan buku bahan ajar, malah diajari langsung oleh pihak
penerbitnya, Penerbit Andi yang telah memfasilitasinya. Disamping itu juga menulis buku TK, mulai dari menarik garis,
menggambar, mengenal angka, huruf, membaca dan berhitung.
Perjalanan Ibu Betti meraih
mimpinya bisa dijadikan tauladan bagi kita. Niatan beliau mendirikan sekolah bukan untuk mencari uang,
melainkan untuk mencari keberkahanya saja, lembaga pendidikan itu ladang ibadah
jika diniatkan lillaahi taala.
Pesan beliau yang perlu dicatat
“Kalau ada niat baik lakukanlah, in syaa Allah Dia akan membantu, dan
kalau mengerjakan sesuatu, lakukanlah yang terbaik karena nilainya akan
memperbaiki citra dan kehidupan kita”.
Malam ini saya dapat pelajaran bahwa meraih mimpi harus dengan
kegigihan yang yang tidak mengenal putus asa, dan harus dikejar dengan cara
apapun tapi tentunya dengan cara yang baik, in syaa Allah , Allah akan
memberikan jalan yang tidak disangka-sangka.
mantap, Bu.....
ReplyDelete